Afasia: Ketidakmampuan Berbicara dan Menulis

Kelompok Tani Sori Na'e
0

 

Afasia adalah gangguan komunikasi yang disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang mengatur bahasa. Penderita afasia mengalami kesulitan dalam berbicara, memahami, membaca, dan menulis, meskipun kemampuan intelektual mereka tetap utuh. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang afasia, termasuk jenis-jenisnya, penyebab, gejala, diagnosis, serta strategi pengelolaan yang dapat membantu individu yang terkena gangguan ini.

Jenis-jenis Afasia

Afasia dapat dibagi menjadi beberapa jenis, tergantung pada lokasi dan tingkat kerusakan pada otak:

1.   Afasia Broca: Juga dikenal sebagai afasia ekspresif, jenis ini disebabkan oleh kerusakan pada area Broca di otak. Penderita afasia Broca mengalami kesulitan dalam menghasilkan kata-kata yang sesuai dan mengalami gangguan berbicara yang mengalir. Namun, pemahaman mereka tentang bahasa tetap relatif utuh.

2. Afasia Wernicke: Juga dikenal sebagai afasia reseptif, jenis ini disebabkan oleh kerusakan pada area Wernicke di otak. Penderita afasia Wernicke sering menghasilkan kata-kata yang tidak masuk akal dan sulit memahami bahasa yang dituturkan oleh orang lain.

3. Afasia Global: Ini merupakan bentuk yang paling parah dari afasia, di mana penderita mengalami kesulitan dalam berbicara, memahami, membaca, dan menulis. Kerusakan yang luas pada area otak yang terlibat dalam bahasa menyebabkan gangguan serius dalam fungsi bahasa.

4. Afasia Anomia: Jenis ini ditandai dengan kesulitan dalam mengingat atau menemukan kata-kata yang tepat saat berbicara atau menulis, meskipun kemampuan berbicara dan memahami bahasa tetap utuh.

Penyebab Afasia

Afasia umumnya disebabkan oleh kerusakan pada bagian-bagian otak yang mengendalikan bahasa, yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk:

1.  Stroke: Stroke adalah penyebab paling umum dari afasia, di mana aliran darah ke bagian otak terganggu, menyebabkan kematian jaringan otak dan kerusakan pada area yang mengatur bahasa.

2.  Trauma Kepala: Cedera kepala yang parah, seperti kecelakaan mobil atau kecelakaan olahraga, dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan mengganggu kemampuan berbicara dan memahami bahasa.

3.  Tumor Otak: Tumor atau pertumbuhan abnormal lainnya di otak dapat menekan atau merusak area yang mengatur bahasa, menyebabkan afasia.

4.  Penyakit Degeneratif: Penyakit degeneratif seperti penyakit Alzheimer atau penyakit Parkinson juga dapat menyebabkan afasia karena kerusakan progresif pada otak.


Gejala Afasia

Gejala afasia bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahan kondisi, namun beberapa gejala umumnya meliputi:

1. Kesulitan Berbicara: Penderita afasia dapat mengalami kesulitan dalam menemukan kata-kata yang tepat, mengucapkan suara, atau mengatur kata-kata dengan benar.

2. Kesulitan Memahami Bahasa: Mereka mungkin kesulitan memahami bahasa lisan atau tertulis, meskipun pendengaran dan kemampuan intelektual mereka tetap utuh.

3. Kesulitan Membaca dan Menulis: Penderita afasia juga sering mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis, baik dalam menguraikan kata-kata atau memahami teks yang ditulis.

4. Frustrasi dan Kecemasan: Kesulitan dalam berkomunikasi dapat menyebabkan rasa frustrasi, stres, dan kecemasan bagi penderita afasia.

Diagnosis dan Pengelolaan Afasia

Diagnosis afasia melibatkan evaluasi oleh dokter spesialis, seperti ahli saraf atau ahli bahasa, yang mungkin melakukan serangkaian tes dan observasi untuk menilai kemampuan bahasa seseorang. Diagnosis ini juga dapat melibatkan pemindaian otak, seperti MRI atau CT scan, untuk menentukan lokasi dan penyebab kerusakan.

Pengelolaan afasia dapat meliputi:

1. Terapi Bicara dan Bahasa: Terapi bicara dan bahasa, yang dipimpin oleh ahli logopedi, dapat membantu memperbaiki kemampuan berbicara, memahami, membaca, dan menulis.

2. Rehabilitasi Kognitif: Program rehabilitasi kognitif dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif dan komunikasi secara umum bagi penderita afasia.

3. Pemulihan Terapi: Beberapa teknik pemulihan, seperti menggunakan gambar atau teknologi komputer, dapat membantu meningkatkan pemahaman dan ekspresi bahasa.

4.  Dukungan Psikologis: Dukungan psikologis, baik dari keluarga, teman, atau kelompok dukungan, dapat membantu mengatasi frustrasi dan stres yang terkait dengan afasia.

Pencegahan Afasia

Karena afasia sering kali disebabkan oleh kondisi medis yang tidak dapat dicegah, pencegahan utama adalah dengan mengurangi risiko faktor-faktor penyebab seperti penyakit jantung atau stroke. Ini dapat mencakup menjaga gaya hidup sehat, mengontrol tekanan darah dan kadar kolesterol, tidak merokok, dan berolahraga secara teratur.

Kesimpulan

Afasia adalah gangguan komunikasi yang disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang mengatur bahasa. Penderita afasia mengalami kesulitan dalam berbicara, memahami, membaca, dan menulis. Penyebabnya bervariasi, mulai dari stroke hingga penyakit degeneratif, dan gejalanya dapat beragam tergantung pada jenis dan tingkat keparahan kondisi. Pengelolaan afasia melibatkan terapi bicara dan bahasa, rehabilitasi kognitif, dan dukungan psikologis. Meskipun afasia dapat menjadi tantangan yang signifikan bagi individu yang terkena, dengan perawatan yang tepat dan dukungan yang memadai, banyak orang dapat belajar beradaptasi dan menjalani kehidupan yang bermakna dan produktif.

 Referensi :

https://www.halodoc.com/kesehatan/afasia
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-afasia
https://www.alodokter.com/afasia
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2087/gangguan-afasia
https://id.wikipedia.org/wiki/Afasia
https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-saraf-dan-otak/afasia

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)